Kamis, 24 Januari 2008

Tujuh Langkah Menangkal Resesi, Mencegah Kemungkinan Terjadinya Krismon Lagi Mulai Tahun 2008.

Artikel ini adalah respon saya atas posting artikel Sdr. Donny A Wiguna berjudul "Resesi" mid Januari 2008 lalu. Donny mengutip berita-berita yang mengejutkan, sekaligus membuat cukup banyak orang merasa panik. Antara lain harga minyak bumi dunia yang sky rocketing sampai US$ 100 per barrel, adanya laporan keuangan kuartal keempat 2007 yang menunjukkan kerugian lembaga-lembaga besar di Amerika sejak krisis subrprime mortgage, pengangguran yang tinggi, terjadinya bencana-bencana alam yang parah. Akibanya produktivitas AS menurun, pasar saham anjlok, yang berpengaruh besar pada pasar saham bagian dunia lain termasuk Indonesia. IHSG Indonesia pun turut anjlok. Citigroup rugi di kuartal keempat US$ 9,83 milyar (lk Rp 85 triliun).

Donny pun mengaitkan pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia cukup tinggi, lk 7%. BI meluncurkan paket kredit kepada usaha menengah, untuk mengatasi pengangguran 10 juta orang di akhir. Dan bersama Pemerintah bertekad untuk menekan inflasi 2008 sebesar 5% +/- 1%, 4,5% +/- 1% di 2009, dan 4% +/- 1% di 2010. Di sisi lain, bursa saham kita masih didominasi oleh saham-saham bluechips, seperti Telkom, BCA, Astra, dll yang ditengarai masih merupakan perusaaan berciri monopoli/ oligopoli. Peran Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) pun turut dibahas. Demikian juga uraian tentang Indonesia masih mempunyai banyak komodita, berupa bahan-bahan tambang, hasil pertanian sekaitan dengan ekspor. Juga pola kebijakan Pemerintah yang masih saja cendrung memproteksi pasar modal ketimbang pasar riil, cendrung pro kepada kepentingan pemodal (perusahaan importir komoditas pertanian) dengan membuka terus impor khususnya kedelai, sehingga sangat merugikan petani kita. Bahkan konsumen tahu dan tempe, karena nyatanya seperti kedelai, jagung, terigu dsb masih banyak diimpor dari AS. Akhirnya yang untung besar adalah perusahaan, rakyat banyak menjadi lebih susah. Karena menurutnya rakyat di sini tidak tahu cara berinvestasi atau tidak punya cukup modal. Lalu, dengan prediksi pasar riel yang menjadi lebih buruk, Donny pun menawarkan solusi alternatif yang bisa "melawan arah" berupa kegiatan berinvestasi terutama bagi individu masyarakat kelas menengah. Dengan alasan angka NAB sedang turun, dengan 500 ribu rupiah pun cukup untuk berinvestasi.

Atas uraian bro Donny yang cukup panjang itu, saya serta-merta memberi tanggapan bahwa ada baiknya concern kita menyikapi dampak resesi global ini (kemungkinan terjadinya krismon lagi) akan lebih baik bukan saja diperuntungkkan pada kepentingan individual kelas menengah saja. Atau semata untuk kepentingan aksi kejar untung. Namun perlu perlu sekaligus melihat kepentingan yang lebih besar, kepentingan bagian terbesar rakyat negeri ini yang berada di kelas2 di bawahnya.

Jangan lupa, apalagi untuk kita umat Kristiani, mayoritas warga jemaat/kristiani faktanya tak hanya ada di Jakarta atau di Surabaya saja, tapi ada misal di Sumut, Mentawai, Bengkulu Utara, Kalbar, Kalteng, Sulut, Sulbar, Toraja, Sulteng, Maluku, NTT, Papua ada di kelas2 ini juga. Cobalah sebagai umat atau pemimpin influencers "berjati diri kristen" di manapun siapa pun dia, kita seyogianya tak hanya punya cara pandang atau paradigma "Jakarta/Jawa" centris" saja. Tapi sebisanya atau ditambahkan juga punya cara pandang membela kepentingan umat kristiani di "christian majority regions" negeri ini.

Saya melihat dampak resesi ini persoalan besar dan kompleks. Namun, bukan berarti kita tidak bisa menganalisanya secara lebih jernih lewat perspektif yang lebih utuh.

Guna meredam krisis yang terjadi di AS mulai 2008 ini, yang sebenarnya dimulai dengan trend mortgage pada kuartal ketiga tahun 2007 lalu, negara ini dengan semua elemennya (pemerintah pusat, pemda, dpr/dprd, perangkat hukum dan keamanan, pengusaha, lsm/ormas2, akademisi, pelaku ukm di sektor riel) harusnya kembali lagi berani dan tegas secara bersama-sama untuk mengambil policy bareng yang tidak tanggung-tanggung. Berpihak pada kepentingan nasional secara incorporated, dalam artian langsung atau tidak langsung sadar untuk berpihak pada kepentingan rakyat kecil/rakyat banyak.

Kita boleh berbeda pendapat setajam apapun di dalam negeri, tapi jika menghadapi tantangan dan persoalan global seperti resesi spt krisis AS ini, harus satu sikap. Itu saja.

Persoalan ekonomi krisis ini sebenarnya tidak harus dibuat terlalu rumit, bila ada kebijakan dan impelementasi yang tegas, firm dari semua elemen bangsa seperti disebut tadi. Jawaban yang tegas dan lugas, bisa disebut sebagai "Seruan Tujuh (7) Langkah Menangkal Resesi/ Kemungkinan Terjadinya Krismon Lagi Mulai 2008", sbb:

1. Optimalkan pasar berbasis potensi domestik/dalam negeri !! Kran impor direduksi sekecil mungkin, termasuk usaha-usaha franchise asing yang tidak banyak manfaatnya bagi daerah/rakyat kecil.

Semua elemen berpikir dan bertindak ke situ, termasuk seruan ini tertuju kepada semua pengusaha di sini. Jangan hanya bisanya membuka pasar semata dengan potensi luar negeri, seperti franchise, pemakaian jasa asing, dll. Kita bukan anti-asing, tapi cobalah belajar kembangkan jati diri dan potensi yang ada berbasis potensi yang kita punya di sini jauh lebih besar dari yang ada di luar masuk ke sini. Jangan terus menerus kita dinina-bobok sebagai konsumen atau pasar asing, tapi mulai meretas kita lah yang menjadi produsen yang mampu juga membuka pasar di luar negeri. Mengubah paradigma pengusaha negeri ini yang tidak sekadar cari untung tapi bangun potensi negeri, tidaklah mudah !!

2. Pertumbuhan ekonomi yang disebut 5-7% harus punya mutu, jangan hanya semu !

Tidak hanya pertumbuhan ekonomi "semu" yang ada di pasar modal atau pasar finansial. Tapi musti menyentuh merambah sampai sektor riel di daerah-daerah. Ini seruan bagi para investor. Lakukan direct investment, jangan hanya nihil. Sekadar semua dimasukkan ke saham, reksadana, dsb. dan tiada yang ke sektor riel. Sekadar diketahui saja, capital flight yang ada pasar finansial, tidak akan berumur panjang. Beberapa hari saja bisa menguap. Persis seperti kejadian 1997. Fundamental ekonomi seperti ini gampang sekali collapse.

3. Untuk papan menengah (middle-class) disarankan menjadi intra preneur atau entrepreneurs untuk kemandirian !!

Investasi "kecil2an" yang dipunyai cobalah dipakai untuk modal berusaha berbasis potensi yang ada di dalam negeri. Bukan salah untuk menanam di investasi reksadana, dsb, tapi sangat lebih berguna bila dipakai untuk meretas usaha baru, baik secara sambilan (selain sebagai profesionals, karyawan, dsb) atau terjun langsung pada akhirnya. Boleh sebagai pedagang, tapi akan lebih baik pula sebagai produsen (barang dan jasa). Tidak mengapa mulai dari skala mikro, lalu beranjak ke skala kecil, menengah dst. Itu akan jauh lebih berguna dan memberi dampak secara kolektif bagi daerah atau negeri ini.

4. Sebagai produsen (barang dan jasa) berbasis potensi domestik, pasar yang dikembangkan tidak hanya di dalam negeri, tapi juga merambah ke luar negeri. Jika mungkin jangan bergantung hanya pada pasar AS !!

Dengan kemajuan iptek, internet, eksibisi pameran dsb, pasar UKM sekali pun dapat merambah sampai ke India, Malaysia, Cina, Rusia, Eropa Timur, Eropa Barat, Turki, Timur-Tengah, Afrika, dst. Hal itu akan mendatangkan devisa yang tidak sedikit bagi daerah, dan secara nasional tentunya guna membangun infrastruktur baru.

5. Negara jangan berhutang lagi dengan hutang baru ke IMF, Bank Dunia, ADB dlsb.

Ini penting guna mencegah terjadinya kebocoran dan KKN gaya lama pada orde-orde sebelumnya, yang rerata 30-35% tingkat kebocorannya.

6. Manfaatkan dana-dana APBN dan APBD di segenap daerah secara maksimal dan bertanggung- jawab. Jangan coba2 lagi lakukan mark-up, KKN !!

Untuk apa? Paling utama adalah membangun infrastruktur dasar, menggerakkan perekenomian di semua lini daerah tanpa terkecuali, dan membangun sektor pendidikan dan pengentasan kemiskinan.

7. Perbaharui peraturan pemerintah, terutama pemerintah daerah, agar lebih fair/adil terhadap semua kepentingan pelaku ekonomi di daerah (bebas kolusi dan nepotisme) serta kebijakan pungutan pajak daerah yang rasional, tidak mengada-ada.

Ini poin tambahan yang saya peroleh dari bro Donny. Dan untuk contoh yang kongkrit, saya kira ada bagusnya kita boleh bercermin dari apa yang telah dilakukan bupati kepala daerah kabupaten Jembrana Bali, bpk. IG Winasa. Bupati ini saya kira cukup berhasil (mengutip posting email Bro Rama VD) dalam mengimplementasi peran pemerintah daerah secara proporsional, menyangkut policy dan peraturan daerah. Mungkin sangat cocok dicontoh oleh daerah/kabupaten lainnya di seluruh Indonesia.

Nah.., jika saja ke 6 atau ke-7 langkah di atas ini bisa mampu dilakukan oleh segenap elemen bangsa di atas, dari sekarang (dari "kemarin" seharusnya) tak perlu menunggu Pemilu 2009, maka saya kira segenap rakyat akan semakin yakin bahwa bangsa negara ini telah berjalan pada arah, visi garis yang benar.

Resesi akibat krisis AS? Mungkin pasti akan dialami, dihadapi, dan mungkin akan menyakitkan dampaknya.. Tapi selebihnya jika langkah-langkah seperti di atas dilakukan secara bersama oleh segenap elemen bangsa ini; maka rakyat negeri ini, termasuk umat kristen di dalamnya yang ada di christian majority regions :-) seperti yang telah disebutkan, tak perlu harus terus menerus menderita dan menderita berbagai macam "bencana". Apalagi harus sampai bertambah jumlah penderita schizophrenia, sakit jiwa akibat terjangan resesi ekonomi (krismon) lagi.

Jadi, siapapun Presiden (entah SBY atau bukan SBY lagi), siapapun anggota dpr/dprd nya, gubernur bupati2nya tiap daerah hasil pilkada2, perangkat hukum, keamanan ketertiban, para pengusaha (bumn dan swasta) berbagai tingkat dan skala, LSM, akademisi, entrepreneurs UKM, dll dll segeralah mari kita sama2 sadar.. berubah secara radikal.. (tepatnya mari dimulai dari kita orang kristen sendiri); Bangkit dan cintailah negeri ini, cintailah daerah yang menjadi kepedulian kita betul-betul (bukan benul-benul) . Cepat dan bertindaklah kini atas dasar kepentingan daerah kita, segenap daerah kita, kepentingan nasional-lokal negeri ini, bukan hanya untuk sekadar cari untung.., kepentingan individual diri sendiri.

Kita bisa hadapi resesi dan atau kemungkinan terjadinya krismon lagi di negeri ini, dengan kepala tegak!

Tidak ada komentar: