Selasa, 01 Januari 2008

Artikel Visi Provisi Perbaikan Indonesia: Sambut Tahun Baru 2008.

Dari informasi Transforma Sarana Media (TSM/BN-09), 1 Januari 2008.

"Konteks Indonesia indigenous: "Orang-orang para pemimpin dulu yang diperbaiki dipulihkan 'disembuhkan' , ataukah sistem, sistem-sistem internal dulu, sekaitan maraknya perkembangan pengaruh lingkungan eksternal?"

Visi provisi bersama: "Menuju kemajuan, kebaikan dan kesejahteraan seutuhnya bagi seluruh suku-suku bangsa, 'suku-suku' golongan, etnis, bangsa dan negara Indonesia, untuk akhirnya menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain".

Pertanyaan yang mungkin masih terus menggelayut dalam hati sanubari kalbu tiap suku-suku bangsa indigenous Indonesia, tiap bangsa Indonesia atau yang masih 'merasa' Indonesia hingga kini. Kenapa bangsa dan negara Indonesia, orang Indonesia, suku-suku bangsa indigenous di Indonesia serta berbagai etnis keturunan lainnya (Arab, Cina, India, Melanesia dll) sukar sekali maju, berkembang, hidup dalam cinta kasih persatuan dan kesatuan saling menghargai dan respek ?? Belum mampu untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain, di belahan dunia lainnya secara kolektif ?

Pertanyaan ini seharusnya mampu 'menohok' langsung diri orang-orang: para pemimpin dan umat Kristen indigenous termasuk saya, dan orang-orang kristen etnis keturunan lainnya yang 'masih merasa' Indonesia di seluruh tumpuan bumi persada negeri ini maupun di sebrang lautan. Menjadi 'titik berangkat' yang urgen dan utama bagi kesamaan (alignment, spooring) cara pandang, visi dan provisi untuk perbaikan kualitas suku-suku bangsa dan bangsa tercinta.

Faktor utama penyebabnya jika mau dirunut dalam kesederhanaan berpikir, mungkin bisa kita sama-sama kategorikan ke dalam 3 hal esensiil.
Kembali menyangkut 3 segi (domain) mendasar:
1. Orang-orang dan para pemimpin.
2. Sistem, sistem-sistem (internal).
3. Pengaruh lingkungan eksternal.

1. Dari segi orang dan para pemimpin (suku2 bangsa, orang Indonesia dan etnis lainnya yang 'merasa' Indonesia).


a. Dari segi orang, orang-orang.
Dari pengamatan puluhan tahun bahkan ratusan tahun, dari jaman purba hingga sekarang harus diakui faktanya bahwa sedemikian banyaknya orang Indonesia, suku2 bangsa dan etnis keturunan lainnya, sampai sekarang ini, tidak terkecuali orang-orang Kristen indigenous sendiri, dalam perspektif keutuhan manusia (orang) telah mengalami banyak kekurangan, untuk tidak mengatakan kemiskinan (lacknessess) dalam banyak dimensi.

Kekurangan-kekurang an (lacknesses) tersebut paling tidak bisa dirunut dan bisa lebih diteliti seksama:
Ada 10 kekurangan yang harus ditutupi diperbaiki ditambahkan, yaitu:
1. Hal berKetuhanan, teologi, filosofi hidup dan visi hidup kolektif yang benar dan utuh.
2. Hal berkesadaran penuh sbg salah satu bagian inheren alam ciptaan jagad raya (universe) sebagai ciptaan Allah.
3. Hal berkesadaran penuh sbg salah satu bagian dari lingkungan bumi terkait isu-isu lingkungan kekinian.
4. Hal kerohanian, spiritualitas (ketaatan, komitmen pada Tuhan yang benar, kekayaan & kesucian hati, kesederhanaan hidup namun sangat sanggup memperkaya banyak orang sesama suku2 masyarakat dan bangsa dll)
5. Hal intuisi kesadaran lingkungan sosial, mindset budaya, cara pandang kolektif (bidang seni tradisi, agama, politik, militer, keamanan, sosial, ekonomi, bisnis), tradisi, lingkup solidaritas dan kesetia-kawanan sosial, warisan budaya sosial yang diwariskan dari leluhur bangsa suku-suku bangsa, yang bergerak menuju kemajuan sesuai perkembangan jaman, yang baik, benar dan dapat dipertanggung- jawabkan.
6. Hal religi, keberagamaan (religiositas) dalam menjalankan hukum peraturan ketentuan2 agama dan cara beribadah dalam relevansi dengan perkembangan jaman, toleransi atas adanya perbedaan, keseharian dan kenyataan hidup.
7. Hal moral etika perilaku hidup yang benar, adil, bagus, baik dan dapat dipertanggung- jawabkan terkait pengambilan keputusan dalam kehidupan.
8. Hal intelektual, kecerdasan intelektual, hal menganalisa persoalan.
9. Hal kejiwaan, mental, mind, emosional (kestabilan, kematangan emosi), kekuatan mental, kemandirian mental dan kecukupan ekonomi, entrepreneurship social-entrepreneur ship, ketekunan, kemauan bekerjasama, kemauan untuk mentaati hukum ranah publik, mental survival (bertahan dalam kesulitan) dan mental menghargai hidup dan kehidupan.
10. Hal fisik, kondisi tubuh jasmani, ragawi, terkait dengan kesehatan, gizi nutrisi dan penyakit fisik.

Kekurangan dalam satu dimensi saja apalagi banyak dimensi dari 10 hal di atas, akan menimbulkan masalah, persoalan dan penyakit. Sakit dalam banyak dimensi, akan berakibat pada gejala kemiskinan, pemiskinan bahkan kemunduran (kemerosotan) . Sebaliknya, semakin lengkap kepemilikan anugerah Tuhan dalam 10 dimensi tersebut akan berakibat kepada kemajuan, kedewasaan dan kesejahteraan otentik dari orang-orang.

b. Dari segi pemimpin (leaders).
Belum banyak dari kalangan pemimpin, atau yang punya pengaruh kuat (influencers) atau yang menamakan diri sebagai pemimpin atau orang yang telah dikenal (populer) atau lingkungan para pemimpin di Indonesia, di suku-suku bangsa Indonesia dan etnis-etnis keturunan lainnya (Cina pengusaha naga, India, Arab) di Indonesia, yang memiliki kualitas dan kelengkapan dalam kepemilikan 10 aspek di atas. Pemimpin-pemimpin yang ada dari dulu hingga sekarang, barangkali belum dapat dikatakan sebagai pemimpin yang 'ideal'. Rata-rata dari para pemimpin yang ada di negeri ini, di suku-suku bangsa, di daerah-daerah adalah pemimpin-pemimpin yang masih berkekurangan. Masih banyak kekurangan. Sehingga kalau pun harus memimpin pun, para pemimpin memimpin orang-orang Indonesia lainnya masih harus dalam keadaan yang berkekurangan. Dengan demikian, hasil kepemimpinan para pemimpin belum banyak mengalami kemajuan yang berarti, untuk tidak mengatakan 'jalan di tempat', stagnan atau bahkan bisa juga mungkin justru mengalami kemunduran.

2. Dari segi sistem, sistem-sistem (internal).
Sistem yang dibangun, sangat dipengaruhi oleh faktor orang dan pemimpin. Karena orang dan pemimpin di Indonesia, di suku-suku bangsa dan etnis keturunan lainnya di Indonesia masih 'sangat' berkekurangan, maka sistem yang dibangun (sistem apa saja) masih sangat terasa sekali kekurangan-kekurang annya. Mau sistem politik, sistem keagamaan, sistem hukum, sistem pertahanan dan keamanan, sistem ekonomi, sistem pendidikan, sistem sosial, sistem ketenaga-kerjaan, sistem perdagangan, sistem pembangunan pertanian, kelautan berikut sistem-sistem lainnya. Masih sangat sulit dan panjang jangka waktunya untuk mengharapkan terbentuknya dan beroperasinya sistem-sistem yang handal, baik, bagus, benar dan dapat dipertanggung- jawabkan guna membuahkan kemajuan, kebaikan, keadilan dan kesejahteraan kolektif yang hakiki dan nyata di tengah bangsa, negara, rakyat, masyarakat, di suku-suku bangsa, daerah-daerah dan keseluruhan penduduk bangsa ini.

3. Dari segi pengaruh lingkungan eksternal (global).
Sejak dulu, pengaruh lingkungan eksternal sangat besar untuk kehidupan suku-suku, bangsa dan negara Indonesia. Baik sebelum adanya kesadaran pergerakan nasional tahun 1908 maupun periode-periode sesudahnya (1928: Sumpah Pemuda, 1945: Proklamasi Indonesia sampai Orla, 1966: Orde Baru, 1998: Orde Reformasi dan masa 10 tahun Pasca Reformasi ke depan.

Fenomena-fenomena dan perubahan-perubahan yang terjadi secara global di dunia dan bagian-bagian dunia, mau tidak mau turut mempengaruhi orang-orang para pemimpin dan sistem-sistem (internal) yang ada di suku-suku bangsa dan bangsa negara Indonesia. Sebut saja, masa-masa jaman purba (animisme, dinamisme), jaman kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha kuno, kerajaan-kerajaan Mongol, Tiongkok kuno, jaman kerajaan dan perdagangan Islam, jaman kolonialisme Eropa Barat, jaman Jepang dan Sekutu (AS, Inggris & Rusia), jaman Perang Dingin (AS dan Soviet), Jaman Modern Paska Perang Dingin (Neo Kapitalisme) sampai Jaman Globalisasi Supra Modern seperti sekarang.

Isu-isu global yang sangat dirasakan sampai penghujung 2007 sebut saja:
- MDGs
- Global warming (UNFCCC Bali, akhir Protokol Kyoto 2012)
- Neo-kapitalisme, WTO dan Neo-marxisme
- Krisis energi dan 'sky rocketing' harga BBM tingkat dunia.
- Global korporatokrasi
- Konstelasi ASEAN (dgn Malaysia, Singapura, Thailand..) dan Australia.
- Kebangkitan RRC dan India
- Kejahatan transnasional
- HIV/AidS dan berbagai penyakit lainnya.
- Revolusi iptek, TI TV/multimedia

Di semua tahapan jaman, suku-suku bangsa dan bangsa ini turut dipengaruhi dan mengalami berbagai perubahan. Namun, dalam percaturan dunia dengan pengaruh lingkungan eksternal seperti ini, suku-suku bangsa dan bangsa Indonesia harus memiliki ketahanan jati diri, wawasan dan kelengkapan dalam paling tidak 10 hal di atas. Jika tidak, maka yang terjadi dalam proses saling pengaruh dan mempengaruhi ada dua hal. Dipengaruhi atau mulai mempengaruhi. Yang diharapkan adalah adanya keseimbangan, kesetaraan, untuk saling mempengaruhi: boleh dipengaruhi tapi juga bisa mempengaruhi. Jadi ada nilai persaingan, sekaligus kerjasama kolaborasi dalam suatu play-ground atau game yang dapat berlangsung sebisanya dalam iklim yang mengedepankan fairness atau asas keadilan.

Agar dapat memiliki posisi yang setara, equal (egalite'), dalam kesatuan bersama hidup umat menuju pembebasan kemajuan (liberte') dan persaudaraan yang rukun (fraternite' ), tentu suku-suku bangsa dan bangsa Indonesia harus memiliki orang-orang para pemimpin sekaligus sistem, sistem-sistem (internal) yang dibangun secara handal, baik, bagus, benar dan dapat dipertanggung- jawabkan. Sekuat-kuat pengaruh lingkungan eksternal di jaman globalisasi supra modern seperti sekarang, bila orang-orang para pemimpin dan sistem yang dibangun ditata handal, baik dan benar; maka pengaruh lingkungan eksternal tersebut tidak akan dapat membuat kehidupan di tingkat individu, keluarga, komunal, suku/suku-suku bangsa dan bangsa ini menjadi collapse.

Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Tidak lain adalah kembali kepada orang orang para pemimpin lebih dulu. Baru selanjutnya kepada sistem, atau sistem-sistem (internal) yang di bangun pada tingkat-tingkat itu. Jadi, jika orang-orang para pemimpin dalam komunitas, suku-suku dan bangsa handal, maka suku-suku bangsa, bangsa dan negara pun akan mampu menghadapi sistem-sistem dan pengaruh lingkungan eksternal sebesar dan se- negatip apapun. Sebab itu kembali penting dan urgen untuk memperbaiki, memulihkan, menyembuhkan orang-orang para pemimpin terlebih dulu. Guna menjamin sistem, sistem-sistem (internal) dapat semakin handal menyikapi pengaruh lingkungan eksternal dengan benar, baik dan dewasa menuju kemajuan.

Jadi jika demikian, dari mana kita dapat memperbaikinya?
Jika harus memilih prioritas, ya harus dari segi orang dan pemimpin/para pemimpin nya terlebih dahulu. Meski dalam segi realitas, kedua-duanya harus diretas. Memperbaiki orang/pemimpin, dan dalam saat yang sama secara paralel harus diupayakan perbaikan sistem atau berbagai sistemnya agar makin berjalan semakin handal.

Bagi seorang engineer atau kumpulan engineer termasuk di bidang sosial, untuk awal membangun sistem tidak terlalu sukar bila dibandingkan membangun orang atau pemimpin. Namun, untuk membangun sistem yang benar-benar handal, bagus, baik, benar dan dapat dipertanggung- jawabkan, nyatanya tidak bisa lagi hanya mengandalkan sistem awal yang telah terbentuk atau dibentuk itu semata. Sangat perlu berperan atau peran serta orang-orang atau para pemimpin tersebut di atas. Jadi kembali lagi kepada orang dan para pemimpin itu, agar sistem yang telah dibentuk tersebut dapat berjalan, atau dapat operasional secara handal, bagus, baik, benar dan dapat dipertanggung- jawabkan.

Sistem awal terbentuk bagus, baik, benar, namun pelaksanannya orang-orangnya para pemimpinnya tidak bagus, baik dan benar, maka sistem tidak dapat bekerja dengan baik. Sistem tidak dapat bekerja dengan handal menuju kemajuan. Jadi orang-orang dan para pemimpin lah yang harus pertama dan seterusnya diperbaiki. Ditingkatkan. Dimatangkan. Sehingga dapat mencapai kelengkapan. Demikianlah pentingnya dilakukan berganti-ganti, berurut. Orang/pemimpin, sistem, orang/pemimpin lalu sistem yang diperbaiki. Terus sampai mencapai kematangan bagi kedua-duanya.

Dari mana harus dimulai perbaikan dan pendewasakan orang para pemimpin?
Jika mulai dari orang dan para pemimpin, dari mana harus mulai untuk melakukan perbaikan dan pendewasaan orang-orang para pemimpin? Jawabnya, adalah ya mulai dari langkah perbaikan orang/para pemimpin. Orang-orang dan para pemimpin harus disembuhkan, diperbaiki, dipulihkan. Lihat prioritas, mana yang harus disembuhkan, diperbaiki dengan segera. Mana yang harus disembuhkan, diperbaiki dalam jangka panjang. Aspek atau dalam segi mana yang harus mulai disembuhkan: Ketuhanan, kesadaran akan alam universal, lingkungan, spiritual (rohani), kebudayaan mindset sosial, kejiwaan/mental atau segi fisik jasmani?

Selanjutnya, adalah upaya pembinaan orang-orang para pemimpin!
Jika aspek atau segi-segi kehidupan dari orang-orang para pemimpin sudah mengalami kesembuhan, perbaikan atau pemulihan, maka hal yang bisa dilakukan selanjutnya adalah upaya pembinaan (nurturing) secara terus menerus. Pembinaan di sini cakupannya sangat luas, meliputi upaya pendidikan (formal, non formal, informal), pemuridan, persekutuan, pendampingan, penggembalaan, pelayanan dan seterusnya. Dan hal ini semua, tidak bisa dilakukan hanya lewat satu metoda misalnya metoda atau pola patron-klien, namun lewat berbagai metoda. Semua metoda. All for all.

Tidak hanya menyangkut atau melibatkan satu individu, satu kelompok, satu komunitas. Namun dilakukan dengan bersama-sama sebagai satu kesatuan kolektif. All for all juga. Kolektif kecil sampai kolektif besar. Kolektif lokal, kolektif region sampai kepada kolektif nasional dan global.

Ambillah sisi positip dari globalisasi
Kita bersyukur lewat satu sisi positip globalisasi misalnya, metoda atau pendekatan "all for all" ini bukan merupakan hal yang mustahil lagi. Tapi dapat dilakukan dan diwujud-nyatakan. Sisi globalisasi ini kita dapat lihat sebagai anugerah Tuhan bagi peluang terjadinya perubahan bagi kemajuan. Perubahan kini tidak lagi bisa dilakukan hanya di tingkat individu atau keluarga semata. Namun perubahan nyata dapat terjadi sekaligus di tingkat kelompok kecil, komunal, komunitas, suku, kaum, bangsa dan bangsa-bangsa secara mengglobal. Lewat cara apa saja, orang-orang dan para pemimpin dapat diubahkan. Tentu harapan kita, perubahan yang terjadi adalah yang menuju kemajuan, kebaikan, keadilan dan kesejahteraan utuh (holistik) dalam arti sesungguhnya. Lahir batin, jasmani rohani, seanteronya.

Jika orang-orang para pemimpin bisa diubah, maka sistem pun akan bisa diubah!
Dengan demikian, kita makin meyakini sekarang, jika orang-orang para pemimpin punya kemungkinan untuk dirubah, disembuhkan, diperbaiki, dipulihkan dan dibina saling membina terus hingga kedewasaan utuh, maka sistem ataupun sistem-sistem yang ada di masyarakat, suku-suku bangsa, negara dan bangsa pun dapat mengalami perubahan, perbaikan, pemulihan serta peningkatan menuju kepada operasionalisasi sistem yang semakin handal. Sistem handal dan bermutu yang sanggup membuat komunitas, masyarakat dan bangsa itu sendiri semakin maju, semakin baik, bagus, semakin adil dan sejahtera secara seutuhnya (holistik).

Jika orang-orang pemimpin dan sistem dapat diubah dan menjadi handal, maka suku-suku dan bangsa Indonesia dapat memberi kontribusi positip bagi dunia dalam percaturan global.
Hal ini akan berlaku otomatis dan natural. Jika orang-orang para pemimpin dalam suku bangsa dan bangsa di Indonesia berhasil dipulihkan, diperbaiki dan dibina dengan baik. Lalu sistem, sistem-sistem (internal)nya juga bisa diperbaiki dan dibuat handal, maka suku-suku dan bangsa Indonesia secara keseluruhan dapat memberi kontribusi yang positip bagi kemajuan dunia. Bagi keadilan dan kesejahteraan dunia secara seutuhnya. Menjadi garam dan terang dunia. Terang bagi bangsa-bangsa!

Maka, mari kita semua mulai perbaikan dengan lebih serius lagi! Jangan menjadi lelah dan tawar hati!
Untuk Indonesia, suku-suku bangsa indigenous di Indonesia dan etnis keturunan lainnya di Indonesia, mari mulai kita bangun dari sekarang lebih seksama lagi upaya perbaikan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan orang-orang dan para pemimpin. Dari mulai unit terkecil: keluarga. Kelompok kecil, komunal, komunitas, marga-marga, suku-suku, jemaat/jemaah agama, kaum, golongan sampai kepada orang-orang dan para pemimpin dalam berbagai lingkungan sosial (politik, agama, militer, pendidikan/sekolah, seni, budaya, iptek, lsm, mahasiswa, generasi muda, remaja, anak-anak, dst). Jangan karena kita melihat perkembangan- perkembagan negatif dan berbagai kegagalan yang terjadi di waktu-waktu yang lalu bahkan sekarang ini, hingga membuat kita menjadi lelah dan tawar hati. Jangan jangan menjadi lelah dan tawar hati! Mari, lewat berbagai cara, berbagai metoda, pendekatan yang dipilih dengan penerapan nilai-nilai etika/moral dan content (isi) yang benar, baik, bagus dan dapat dipertanggung- jawabkan. All for all. Pendekatan all for all, dan semua bagi semua.

Kita akan sama-sama menyaksikan perubahan bagi kemajuan itu dari sekarang dan ke depan!
Maka, jika hal ini semua hal ini yang dilakukan, maka kita akan sama-sama menyaksikan perubahan dan kemajuan nyata dari sekarang dan ke depan. Perubahan bagi kemajuan yang Tuhan akan dan segera lakukan melalui kita semua bagi individu-individu, keluarga-keluarga, komunitas-komunitas , marga-marga, jemaat/jemaah jemaah agama, suku-suku bangsa, etnis keturunan lainnya, lingkungan-lingkung an sosial dan alam. Perbaikan dan kesembuhan kolektif massal di bangsa ini akan terjadi, tidak perlu harus dicapai dalam jangka waktu yang terlalu lama. Sesuai upaya dan keseriusan kita semua. Semakin serius dan seksama, maka jangka waktu perubahan perbaikan penyembuhan dan pemulihannya akan segera terasa.

Kesejahteraan seutuhnya bagi suku-suku bangsa dan bangsa Indonesia!
Maka setiap 'suku-suku' dan suku-suku bangsa, bahkan bangsa dan negara ini akan mengalami kesembuhan, pemulihan, perbaikan, kemajuan yang luar biasa hasilnya. Kemajuan menuju kebaikan, keadilan dan kesejahteraan seutuhnya. Jika suku-suku bangsa dan bangsa Indonesia bisa mencapai hal yang seperti ini, maka secara kolektif suku-suku bangsa dan bangsa Indonesia akan mampu memberi kontribusi yang positif bagi keutuhan ciptaan, keadilan dan kesejahteraan seutuhnya di dunia. Menjadi garam dan terang dunia. Terang bagi bangsa-bangsa.

Itu yang kita semua sama-sama harapkan.
Menjadi visi dan ekspektasi kita bersama.

Semoga Tuhan menolong kita semua. Selamat Tahun Baru 2008 !! Selamat menyongsong hari depan yang penuh harapan dan sejahtera utuh bagi kita semua.

Hanya bagi Tuhan, segala kemuliaan !!

Tidak ada komentar: