Kamis, 16 Agustus 2007

Percayakah kita bahwa Indonesia akan maju? God bless Indonesia!

Dari informasi Transforma Sarana Media (TSM)/ edisi Agustus II 2007.

Renungan kemerdekaan.

Soal iman percaya keyakinan ini semakin relevan untuk membahas Indonesia masa sekarang dan ke depan. Percayakah kita bahwa Indonesia akan maju?

Sayup2 terdengar ada 4 orang sedang berbicara di beranda rumah. Makin lama suaranya makin keras. Rupanya mereka sedang membahas Indonesia, tentang “nasib” Indonesia sekarang dan ke depan.

Satu orang berkemeja biru mengatakan bahwa dia sama sekali ngga percaya bahwa Indonesia akan maju. Tidak akan. Dari dulu sejak dijajah Belanda sampai sekarang ya akan seperti ini, miskin dan terbelakang. Dia bilang, coba aja liat Indonesia sekarang: swalayan bencana, banjir bandang, kemacetan di mana2, kebakaran hutan, dampak pemasanasan global, kinerja polisi, ulah tentara, politisi parpol dan tokoh agama, separatisme berikut isu2 lokal regional nasional lainnya, yang ada mungkin hanya pesimisme. Pesimisme ini terkadang membuahkan rasa kecintaan dan kebanggaan terhadap Indonesia semakin pudar. Dan mungkin sudah bisa ditebak, bila cinta terhadap bangsa ini sudah makin memudar, bagaimana orang bisa ’tergerak’ untuk turut berkontribusi dan melayani bangsa ini dengan semangat berpengharapan. Sebaliknya, mungkin yang ada adalah sikap mengeluh, kesal, sedih, sewot, malu, minder, jengkel yang akhirnya tumpah menjadi pandang remeh identitas bangsa sendiri, apatis, dan mungkin ada keinginan untuk ’lari’ serta lupakan Indonesia. Kalau perlu ya pindah warga negara, jadi warga negara bangsa lain. Beres. Good bye Indonesia, forgetting Indonesia. Ada juga yang bilang: “saya bukan warga Indonesia lagi, mulai sekarang saya jadi warga dunia saja, kalau ngga ada yang mau menerima saya jadi warga negara bangsanya. Bagi saya soal warga negara mau di mana bagi saya ngga soal, asal jangan jadi warga negara Indonesia deh.. ?!

Orang kedua berpakaian oranye menanggap ‘no comment’. Tak tau mau kasih komentar apa untuk Indonesia. Yah.. just flowing aja, mengalir aja deh. Yah sekarang masih bisa makan, masih ada kerjaan, lets do it. Abis tak mengerti harus berbuat apa. Tau sih bahwa jaman lagi susah. Minyak tanah susah dicari karena program konversi. Minyak goreng curah terus naik kadang tak terkendali. Pejabat, pemimpin, tokoh agama banyak tak bisa dicontoh. Tapi toh mau buat apa? Dari tujuh turunan saya sudah di sini. Kecil di sini. Keluarga di sini. Mau ke mana lagi saya. Memang hidup di negara orang enak. Banyak yang bilang kesepian. Menjadi warga negara kelas dua, kelas tiga dst. Siapa yang mau menghiraukan. Sejelek2nya Indonesia, masih sangat enak untuk ditinggali. Makanan cocok, situasi orang2nya enak untuk diajak bergaul. Udara dan cuacanya juga sesuai untuk kulit dan fisik saya, dst. Sudah, diterima aja deh keadaan kita di sini. Mau diapa-apain pun tetap begitu. Ngga usah terlalu jauh2 berpikir. Dinikmati saja keadaan yang sudah begini. How to enjoy it!

Orang ketiga bertopi dengan pakaian jingga serta merta datang menimpali. Susah2 mikirin Indonesia. Kita jual aja Indonesia. Anggap aja dia barang. Komoditi. TKI/TKW aja bisa kita jual, tak peduli terampil atau tidak, legal atau ilegal, apalagi Indonesia. Kan banyak pulau2nya, tanah masih luas, sumber energi banyak, tambang melimpah. Mumpung orang2nya, SDMnya masih males2, bodoh pula, kita manfaatkan situasi ini untuk keruk keuntungan sebanyak2nya bagi diri kita sendiri. Ngapain mikirin negara. Ngga ada perlunya itu. Negara juga ngga mikirin kita. Apa pernah Indonesia mikirin kita? Waktu kita susah, Indonesia juga ngga pernah bantu kita. Iya sih, saya pernah sekolah di sini, pernah kerja di sini, cari makan juga pernah di sini. Bisnis juga di sini. Tapi kan itu sepenuhnya hasil kemampuan saya sendiri untuk memanfaatkan peluang. Ngga ada peran negara. Ngapain juga saya disuruh berkontribusi bagi bangsa. Bayar pajak negara. Kalau itu pajak dikelola benar. Kalau nggak? Sudahlah, kita ngga usah terlalu idealis liat Indonesia. Cari peluang apa yang bisa kita manfaatkan dari Indonesia. Biarin orang bilang saya opportunis. Yang jalanin hidup juga saya.

Orang keempat berpakaian coklat, terakhir mulai angkat bicara. Dia yakin Indonesia akan maju. Kuncinya, asumsi awalnya, adalah percaya, bahasa agamanya iman! Masih adakah keyakinan kita bahwa kita bisa maju ke depan? Apa alasan untuk percaya? Kita percaya karena masih ada orang-orang percaya !! Itu alasannya. Terlebih itu masih ada Tuhan yang kita percaya, yang sangat mampu untuk memulihkan bangsa dan ’tanah’ ini. Bukan karena melihat keadaan bangsa ini, tapi karena demi mempertahankan kedahsyatan namaNya sendiri.

Jika bangsa2 jiran seperti India, Thailand, Vietnam, Malaysia, Cina bisa maju. Masak kita ngga bisa maju? Iman atau ’trust’ menjadi sangat sangat penting di era sekarang. Tanpa trust, iman bagaimana bisa timbul rasa cinta, cinta kepada bangsa. Nonsens. Sama pacar aja, kalau sudah tidak ada iman, trust bahwa ’dia akan jadi pacar gue selamanya’, gimana hubungan percintaaan dengan dia bisa berlanjut. Pasti langsung berhenti. Begitu juga dengan Indonesia. Karena masih ada percaya itulah, trust in God, maka kita masih mau memutuskan dan melanjutkan untuk mencintai Indonesia, melayani bangsa ini. Dengan cinta apa? Dengan ’unconditional love’ dan compassion (welas asih, belas kasihan).

Memang disadari sih, masih banyak kelemahan2 yang ada di ’tubuh’ bangsa ini. Tudingan2 kelemahan harus diterima sebagai fakta di mana kita berada sekarang. Beratus beribu fakta membuktikan bahwa kita lemah. Terima itu! Mungkin ngga usah berkilah, berdalih atau ’berlagak pilon’. Tapi kan ngga sampai di situ. Percaya perlu sekali dibangkitkan, bahwa Tuhan masih mempedulikan kita. Percaya kolektip. Tidak hanya sendiri, tapi meyakinkan teman2 yang lain pula, bahwa masih ada jalan untuk keluar.

Masak orang dari bangsa lain seperti peraih Noble 2006 Prof. Muh. Yunus yakin Indonesia akan maju, akan mampu memuseumkan kemiskinan dalam 15-20 tahun ke depan, masak kita sendiri belum atau tidak yakin? Setelah melihat bahwa kita betul2 lemah, sekaranglah waktunya kita harus membangun keyakinan, percaya, bahwa Indonesia pasti akan maju. Strengths kekuatannya apa sebagai alasan kita percaya? Kekuatannya karena kita masih mempunyai orang2 yang percaya! Terlebih kita masih punya Tuhan pemilik tanah negeri bangsa Indonesia yang siap memberkati kita.

Tak perlu jauh2 menunggu 2030. Dari sekarang pun kita bisa bangkit. Asal percaya.

Setelah selesai berbicara, keempatnya pun pindah dari beranda ke ruang makan dalam.
Ternyata mereka berempat makan bersama.


God bless Indonesia!! Selamat ultah, dirgahayu ke-62 tahun.

Salam kemerdekaan,
Hans Midas Simanjuntak (HMS) (:

Tidak ada komentar: